Mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Ä°slam. Dengan proporsi 87,2 persen atau lebih dari 207 juta muÅŸlim di IndoneÅŸia, Hal Ä°ni tentu tak bisa dilepaÅŸkan dari peran para tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.
Tentü kamu sudah tidak asing lagi dengan Wali Songo, bukan? Wali Songo adalah sebutan bagi sembilan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Salah satu anggotanya, yaitu Sunan Drajat, memilki cara atau prinsip sendiri dalam menyebarkan agama İslam. Yaitu dengen cara 'Pepali Pitu' atau 7 Dasar Ajaran.
Sunan Drajat lahir di Ampeldenta, Surabaya, pada 1470 M dengan nama asli Raden Qasim. la adalah putra bungsu dari Sunan Ampel dengan Nyi Ageng Manila. Sunan Drajat adalah adik dari Raden Maulana Makdum Ä°brahim alias Sunan Bonang. Selain memiliki nama Raden Qasim, Sunan Drajat memiliki banyak nama atau julukan lainnya. Seperti Masaikh Munat, Raden Syarifuddin, Maulana Hasyim, Pangeran Kadrajat, atau Sunan Mayang Madu.
Sunan
Drajat mendapatkan ilmu agama langsung dari ayahnya, Sunan Ampel, yang memimpin
pondok pesantren Ampeldenta, Surabaya. Setelah beranjak remaja, ia merantau ke
Cirebon untuk berguru kepada Sunan Gunung Jati.
Di
Cirebon, Sunan Drajat menikahi putri Sunan Gunung Jati yang bernama Dewi
Sufiyah. Hingga kemudian, ia kembali ke Ampeldenta bersama istrinya.
Sesampainya
di Ampeldenta, Sunan Ampel meminta anaknya tersebut untuk berdakwah di daerah
Gresik.
Sunan Drajat kemudian menuruti perintah ayahnya, sehingga ia meneruskan perjalanan menuju Gresik. Sunan Drajat menetap di Desa Banjarwati dan diterima baik oleh sesepuh kampung yang bernama Kiai Mayang Madu dan Mbah Banjar. Ketika Sunan Drajat mengunjungi wilayah Jelag, Sunan Drajat mendirikan surau dan mengajar penduduk setempat. Hal ini karena daerah tersebut memiliki medan yang lebih tinggi dari tempat lainnya di Desa Banjarwati.
Meskipun
tergolong lahir dari keluarga bangsawan, ia sangat dekat dengan rakyat. Jiwa
sosialnya tinggi serta mengutamakan kesejahteraan penduduk.
Sunan Drajat tekanan pada etos kerja keras dan empati berupa kedermawanan, sikap tenggang rasa, saling peduli, pengentasan kemiskinan, gotong royong, dan solidaritas sosial. Ketika turun langsung ke masyarakat, ia juga melarang banyak hal kepada warga, deri cara membangun rumah, membuat alat-alat untuk memikul orang seperti tandu atau joli, dan lain sebagainya.
Pada
akhirnya, Sunan Drajat dijadikan imam pelindung oleh penduduk di pedukuhan
Drajat. Sejak saat itu, Raden Qasim mulai dikenal dengan nama Sunan Drajat.
Mungkin kamu sudah menyadari bahwa setiap Wali Songo memiliki gaya atau cara dakwah yang berbeda. Termasuk Sunan Drajat. la mempunyai ciri khas ketika berdakwah, yaitu penanaman 7 Dasar Ajaran atau yang disebut 'Pepali Pitu'. Berikut adalah 7 Dasar Ajaran yang disampaikan Sunan Drajat, agar bisa menjadı dasar kehidupan şeharİ-harİ muslim:
- Memanqun resep tyasing ÅŸaÅŸama (Membuat senang hati orang lain),
- Jroning suka kudu eling lan waspada (Dalam ÅŸuasana gembira, lokoh telap ingat Tuhan dan ÅŸelalu waspada).
- Laksitaning subrata tan nyipa marang pringga bayaning lampah (Dalam mencapai cita-cita luhur, jangan menghiraukan halangan dan rintangan).
- Meper hardaning pancadriya (Senantiasa berjuang untuk menekan hawa nafsu duniawi).
- Heneng-Hening-Henung (Dalam diam akan mencapai keheningan, dalam hening akan mencapai jalan kebebasan mulia),
- MuIya guna panca waktu (Pencapaian kemuliaan lahir batın dicapai dengen menjalani salat lima waktu).
- Menehono leken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe. Menehono busana marang wong kang wuda. Menehono pangiyup marang wong kang kaudanan (Berikan tongkat kepada orang buza, Berikan makan kepada orang lapar_ Berikan pakaian kepada orang tak berpakaian. Berikan tempat berteduh kepada orang kehujanan).
Sebagaimana ulama Wali Songo lainnya yang berdakwah lewal seni dan budaya, Sunan Drajal juga mahir menggubah sejumlah tembang atau lagu. Tembang terkenal yang dibyatnya adalah tembang tengahan macapal pangkur' untuk menyampaikan ajaran falsafah kehidupan kepada masyarakat. Sunan Drajat juga pandai mendalang serta sesekali menampilkan pertunjukan wayang untuk sarana dakwahnya.
DÄ° masa tuanya, Sunan Drajat pindah ke kawaÅŸan Dalem Wungkur, arah selatan dari DeÅŸa Drajat, dengan berdakwah di sana. Pada tahun 1522 M, Raden Qasim atau Sunan Drajat tutup usia Makamnya terletak di Desa Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Peninggalan Sunan Drajat yang masih disimpan hingga sekarang adalah seperangkat gamelan yang disebut 'Singo Mengkok• serta benda-benda seni Iainnya.
Mengutip
laman cagarbudaya.kemendikbud.go.id,
Makam
Sunan Drajat dijadikan cagar budaya berdasarkan
SK
Menteri NoPM.56/PW.007/MKP/2010.
Selamat dari Kecelakaan Laut
Suatu
hari, Raden Qosim hendak meneruskan dakwah ke suatu daerah. la menumpang perahu
nelayan yang sedang mencari ikan di perairan Surabaya-Tuban. Nahas, perahu yang
ditumpangi mengalami kecelakaan karena menabrak karang. Selain membuat kapal
hancur, insiden itu juga menyebabkan para penumpang kapal terjatuh ke laut.
Tiba-tiba muncul seekor ikan hiu. Ikan itulah yang kemudian menyelamatkan Raden Qosim dan mengantarnya hingga ke daratan. Sementara penyebutan Sunan Drajat tidak terjadi begitu saja. Dalam menjalankan dakwahnya, Raden Qosim berhasil menaikkan martabat manusia, baik dari segi ekonomi, derajat sosial, maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ia disebut sebagai Sunan Drajat.
Semasa
hidupnya, Sunan Drajat dikenal sebagai wali yang memiliki jiwa sosial dan rasa
kesetiakawanan yang tinggi. la menyantuni anak yatim piatu, memberi makan fakir
miskin, serta memberi perlindungan kepada orang yang tidak berdaya.
Nah itulah sejarah dan kisah Sunan Drajat , semoga ajarannya bisa menjadi inspirasimu untuk berbuat baik dan memiliki jiwa sosial yang tinggi pada sesama ya!