Mansur bin Ammar dan Ibrah merupakan teman. Mereka pernah menuntut ilmu bersama. Semasa muda, mereka berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Baik dalam berperilaku, baik dalam berbicara dan baik dalam beribadah.
"Maafkan aku teman, pagi ini akulah," kata Ibrah sambil tersenyum. Hampir setiap hari mereka selalu berlomba untuk melihat siapakah yang sampai lebih dahulu ke masjid ketika waktu shalat telah tiba. Dan subuh ini, lagi-lagi Ibrah datang lebih dahulu.
"Temanku, sungguh engkau memang hebat. Padahal aku sudah berusaha bangun lebih awal. Tapi engkau tetap saja lebih awal." jawab Mansyur. "Aku harus lebih berusaha lagi agar bisa mengalahkanmu." sambung Mansyur lagi.
Namun, apa yang diucapkan Ibrah membuat Mansyur malu. "Temanku, janganlah engkau berlomba demi diriku. Berlombalah demi Alloh Ta'ala." Kau benar sekali, ternyata ilmuku masih kurang. Aku akan lebih berusaha," kata Mansyur.
Begitulah, mereka berdua pun dikenal sebagai pemuda yang berakhlak baik. Tak pernah lalai dalam menjalan Shalat, selalu berpuasa dan rajin mengerjakan Shalat malam. Ketika telah cukup dewasa, masing-masing dari mereka pun menikah dan memiliki keluarga.
Mereka berdua sama-sama sibuk, hingga jarang sekali bisa bertemu. Suatu hari, Mansyur mendengar kabar jika Ibrah jatuh sakit. "Wahai Mansyur, bukankah engkau kenal dengan Ibrah?" tanya seorang tetangga. "Ibrah sungguh hamba Alloh yang luar biasa."
Tetangga itu lantas bercerita bahwa beberapa waktu yang lalu, Ibrah jatuh sakit yang lumayan parah. Namun, dia bisa sembuh dan pulih dengan cepat. Dan menurut para tetangganya. Itu berkat pertolongan Alloh kepada hambanya yang ahlii ibadah.
"Temanku itu memang seorang ahli ibadah. Tentu saja Alloh SWT akan menolongnya dan membebaskannya dari segala macam penyakit serta kesulitan. Subhanallah. Itulah bukti kebesaran Alloh dan kasih sayang Alloh kepada hambanya yang taat, "kata Mansyur.
Namun, tidak seorang pun tahu jika ibadah yang dilakukan oleh Ibrah itu palsu. "Janganlah engkau menjual makanan dan minuman haram ini. Aku akan membelinya dan membuangnya," kata Ibrah kepada penjual minuman keras. Dia berpura-pura membeli untuk dibuang, namun nyatanya dia menyimpann semua itu.
Ketika tidak ada orang di rumah, dia akan masuk ke dalam kamar, menutup semua jendela dan mengunci pintu. Setelah itu, dia akan meminum semua minuman itu hingga mabuk.
"Ayah, hari sudah siang. Apakah ayah tidak mau keluar untuk makan?" tanya putrinya sambil mengetuk pintu kamar Ibrah. "Tidak anakku, ayah sedang berpuasa. Ayah akan tetap dikamar hingga sore untuk bertaubat," jawab Ibrah. Begitulah dia menipu keluarganya sendiri selama ini.
Hingga suatu hari, Ibrah jatuh sakit. Kali ini sakitnya sangat parah. Dia tidak bisa bergerak, semua hal dia lakukan dari tempat tidur. Semakin lama, keadaannya semakin parah. Semua keluarga telah berkumpul untuk mendoakan kesembuhannya.
Mansyur mendengar kabar tersebut dan dia merasa harus segera menjenguk temannya itu sebelum terlambat. Maka, berangkatlah Mansyur ke rumah Ibrah. "Ya Alloh, tolong berikanlah jalan yang terbaik bagi teman hamba," doa Mansyur selama di perjalanan.
Tok! Tok! Tok! "Assalmualaikum", Mansyur mengetuk pintu rumah Ibrah. Seorang perempuan muda muncul dari balik pintu, dia menjawab, "Wa alaikum salam". Mansyur lantas memperkenalkan diri, "Namaku Mansyur, aku adalah teman ayahmu. Jika diperbolehkan aku ingin menjengkuknya."
"Ayah ada didalam kamar Tuan, mari saya antar, " jawab anak perempuan Ibrah. "Saya sangat senang tuan ada disini. Semoga kehadiran tuan bisa membantu ayah saya." Awalnya, Mansyur tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh anak temannya itu.
Dan setelah dia bertemu dengan Ibrah, barulah dia paham. Temannya itu sudah di ambang kematian. Namun sama sekali tidak bisa bertaubat. "Temanku, ucapkanlah : La ilaaha Illalah," bujuk Mansyur. Dia tidak tega melihat derita yang dialami oleh Ibrah.
Berkali-kali mencoba, tapi Ibrah tetap tidak bisa mengatakanya. "Tidak bisa! Aku tidak bisa! Alloh telah menjauh dariku! teriak Ibrah. "Bagaimana mungkin Alloh menjauh dari hambanya yang taat?" tanya Mansyur." Mari, ikut kata-kataku. La ilaaha illallah."
Kejadian berikutnya sungguh memilukan hati. "Aku tidak bisa mengucap kalimat tauhid itu! Mulutku selalu terkunci setiap kali aku ingin mengucapkannya!" kata-kata Ibrah ini membuat semua orang yang ada di rumahnya terkejut. "Aku adalah ahli ibadah palsu. Aku tidak benar-benar bertaqwa! Aku melakukan semua itu hanya untuk dihormati.!"
Kemudian, Ibrah menceritakan semua perbuatanya selama ini. Termasuk kebiasaannya berjudi, mabuk dan hal-hal haram lainnya. Setiap kali jatuh sakit, dia akan bertaubat dan berjanji tidak akan mengulangi dosa-dosanya. Namun, setelah Alloh menyembuhkan penyakitnya, dia akan kembali lagi pada dosa-dosa itu.
Dan kali ini, Alloh telah menutup semua pintu taubatnya. Bahkan di saat terakhir pun, Ibrah tidak bisa bertaubat. Mulutnya seperti terkunci. Inilah hukuman bagi orang-orang yang beribadah bukan karena Alloh. Hukuman untuk orang yang lebih mementingkan dunia daripada akhirat. Marilah kita memperbanyak menyebut La ilaaha illallah", hanya karena Alloh Ta'ala.